Masa-masa SMP dan SMA jadi waktu yang paling menyenangkan bagi kebanyakan anak muda Indonesia. Bagaimana tidak, di masa-masa sekolah itu kita sudah cukup tahu caranya bersenang-senang tapi juga belum dibebani terlalu banyak tanggung jawab.
Usia remaja sepanjang SMP dan SMA jadi momentum pembentukan jati diri. Kamu yang sekarang adalah hasil dari apa yang kamu lakukan saat remaja.Ada nggak sih hal yang kamu harap pernah kamu lakukan atau tidak kamu lakukan semasa ini? Apakah hal-hal dibawah ini salah satunya?
1. Tujuan Utamamu Saat Itu Ingin Jadi Anak Populer
Tujuan utamamu cuma ingin jadi anak populer via mobil.otomotifnet.com
Masuk geng gaul, jadi anak yang dikenal, diidolakan banyak cewek dan cowok di sekolah jadi harapan kebanyakan remaja. Populer dan gaul adalah pencapaian tertinggi bagi mayoritas anak SMP dan SMA. Ini hal yang wajar banget dialami oleh remaja, karena secara natural remaja memang gemar jadi pusat perhatian.
Kamu berharap jadi orang yang dibicarakan oleh anak-anak lain, diidolakan bahkan ditiru gaya berpakaiannya. Populer jadi satu-satunya tujuanmu semasa sekolah. Seakan masa depanmu ditentukan oleh kepopuleran diantara teman-teman.
Padahal kalau kamu lihat lagi sekarang, jadi populer semasa sekolah gak ada artinya dibanding punya prestasi dan pencapaian. Seandainya aja dulu kamu gak terobsesi jadi populer…
2. Cuma Mau Berteman Sama Mereka yang Juga Kamu Anggap “Populer”
Kalau dirasa kurang gaul kamu enggan berteman dengan mereka via fabaa.deviantart.com
Lingkaran pertemanan itu ibarat rantai makanan di sekolah. Dengan siapa kamu bertemansecara otomatis akan menentukan strata sosialmu. Kalau kamu bisa temenan sama dia yanggaulotomatis kamu akan dianggap gaul. Begitu pula kalau kamu bergaul dengan anak-anak kutu buku. Walau kamu asyik, kamu akan tetap dianggapnerdyang gak gaul.
Ketakutan masuk ke lingkaran yangsalahmembuat kamu jadi orang yang pilih-pilih teman. Kamu nggak mau berteman dengan seseorang hanya karena anggapan lingkungan yang disematkan padanya. Padahal belum tentu stigma dan predikat itu benar, loh.
Seiring waktu, kamu akan sadar bahwa pertemanan itu perkara kecocokan dan usaha untuk terus memberi perhatian ditengah kesibukan.
Teman-temanmu yang gaul juga sekarang tampak biasa aja. Beberapa dari kalian bahkan sudah tidak berteman. Betapa dulu kamu menutup kesempatan untuk mendapatkan teman yang sebenarnyahanya demi predikat “gaul”.
3. Jadi Orang yang Mem-Bully Anak-Anak yang Dianggap GakGaul
Kamu jadi salah satu anak yang mem-bully temanmu sendiri via terampilmatematika.blogspot.com
Kamu jadi salah satu orang yang mengejek mereka yang dianggap gakgauldi sekolah. Tidak hanya membicarakannya dibelakang, kamu juga jadi orang yang secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukamu pada mereka. Padahal kalau dipikir lagi mereka ada salah apaan sih ke kamu?
Kamu ambil bagian dalam proses pengikisanpenghargaan diriseorang individu. Hanya karena dia tidak bergabung di ekstrakulikuler favorit bukan berarti dia gak asyik. Hanya karena dia tidak mengenakan pakaian sesuai mode bukan berarti dia pantas diejek.
Lagipula udah sebaik apa sih dirimu sampai kamu bisa punya otoritas untuk mengejek mereka?
Ketika anak-anak yang dulu dianggap sebelah mata itu jadi orang yang lebih sukses dari kamu dan teman-teman gaulmu, baru deh kalian akan diam. Kalau kamu masih sekolah dan punya kebiasaan ini mendingan hentikan deh sebelum menghabiskan waktu untuk hal yang jahat dan sia-sia.
4. Kamu Jadi KorbanBully TapiTidak Berani Melawan
Kamu tidak berani melawan aksi bully yang nggak penting via deedhoworld.blogspot.com
Semasa remaja kamu tunduk pada konsepsi ideal soal manusia macam apa yang akan diterima oleh masyarakat. Kamu, dengankebiasaan dan kegemaran unik, sayangnya tidak masuk di dalamnya. Alhasil sepanjang masa remaja kamu dihadapkan pada nyinyiran dan ejekan, hanya karena kamu berbeda.
Dimasa itu kamu hanya diam dan menerima semua yang mereka katakan. Padahal dalam hati kamu kesal dan ingin meledak. Apa hubungannya sih suka melukis terus dicap jadi anak aneh?
Setelah dewasa kamu merasa harusnya dulu kamu lebih bisa membela diri dan menunjukkan bahwa siapapun dan apapun kamutidak sepantasnya membuat orang lain bisa merendahkanmu.
5. Lebih Banyak Main-Main Dibanding Serius Belajar
Kenapa dulu kamu nggak serius belajar ya? via 101301025s.blogspot.com
Coba deh tengok lagi nilai-nilaimu semasa sekolah. Itu apa kabarnya bisa dapat nilai Matematika 3? Gimana bisa kamu jadi langganan remidi setiap ujian Kimia? Sampai sekarang kamu masih suka salah pakaigrammarBahasa Inggris? Dulu di sekolah ngapain aja bro?
Semasa remaja sekolah bukan jadi tempatmu menuntut ilmu, tapi justru jadi tempat untuk senang-senang dan ketemu teman. Bukannya mendengarkan guru, kamu malah asyik bercanda di kelas, bolos dan ngerokok di kantin lalu mengabaikan apa yang mereka sampaikan.
Padahal bisa saja nasibmu berubah seandainya dulu kamu lebih rajin belajar. Biasanya penyesalan karena kurang serius di bidang akademis muncul saat kamu gagal di penerimaan universitas yang sudah kamu incar sejak lama. Atau saat teman-temanmu tahu hal yang sudah diajarkan semasa SMA, tapi kamu gak ingat apa-apa.
6. Gagal Masuk Jurusan Impian Karena Belajar Pakai Sistem Kebut Semalam
Gagal masuk jurusan impian karena pakai sistem SKS via www.umm.ac.id
Hatimu patah saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru keluar. Impianmu untuk bisa kuliah di jurusan dan universitas idaman pupus. Kamu tidak diterima di program studi yang paling kamu idamkan selama ini.
Tidak hanya sedih dan kecewa, tapi kamu juga terus menyalahkan diri sendiri. Sebenarnya kamu yakin kalau kamu mampu, kamu hanya kurang bisa memanfaatkan waktumu dengan baik. Dari 3 tahun sekolah kamu hanya belajar sungguh-sungguh di satu tahun terakhir. Sisanya? Buat main-main, bolos dan pacaran.
Jika saja 3 tahun sekolahmu dimanfaatkan dengan baik, jurusan idaman itu pasti bisa tergenggam tangan. Yeah, seandainya.
7. Tidak Memanfaatkan Waktu Untuk Menambah Kemampuan
Waktu luangmu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih bermakna via mainbasket.wordpress.com
Kalau kamu tengok lagi sekarang, waktu remajamu seakan menguap begitu saja. Entah untuk apa. 6 tahun masa sekolah tidak menghasilkan apapun untukmu. Kamu nggak jadi jago olahraga, tidak menambah keterampilanmu berbahasa, kamu juga bukan anak yang pintar secara akademis.
Terus, 6 tahun itu kamu manfaatkan buat apa?
Kebanyakan dari kita memang menyia-nyiakan masa remaja dengan kegiatan dan kecemasan yang nggak penting. Waktu nongkrong-nongkrong gak jelas sepulang sekolah itu seharusnya bisa dipakai untuk ikut les bahasa asing.
Energi untuk galaukarena mikirin cewek yang kamu taksir habis-habisan selama 3 tahun itu harusnya bisa dimanfaatkan untuk jadi panitia pensi. Masa sekolah adalah waktu dimana kamu paling bebas bereksplorasi. Tapi apa yang kamu dapatkan dari masa remajamu hari ini?
8. Terbiasa Menyontek
Kebiasaan menyontek membuatmu jadi pribadi yang menggampangkan segala sesuatu via ireneastridl.wordpress.com
Meniru jawaban teman, menyembunyikan buku di laci, SMS-an pakai kode sampai mengirimkan sandi jawaban lewat gerakan tangan jadi hal yang akrab banget sepanjang masa remajamu. Menyontek adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalananmu semasa sekolah. Kalau gak nyontek, gak afdol deh pokoknya.
Tanpa kamu sadari kebiasaan satu ini membuatmu jadi orang yang menggampangkan segala sesuatu. Kamu jadi lupa bahwa hasil yang baik selalu didapat dari kerja keras, bukan lewat jalan pintas yang mudah.
Saat kamu mulai kuliah dan tugas-tugasnya menuntutmu menggunakan kemampuan analisis baru deh kamu sadar bahwa kebiasaan menyontek hanya menumpulkan otakmu.
9.Menghabiskan Waktu Untuk Mengurusi Cinta-Cintaan yang Nggak Penting
Saat temanmu sibuk belajar kamu malah asyik pacaran via natalyaindah.blogspot.com
Naksir sama lawan jenis, pengen nyoba pacaran, jalan berduaan malu-malu jadi hal yang dialami oleh setiap remaja. Dan bagi kamu yang pernah merasakan cinta semasa SMP dan SMA pasti merasa jadi orang yang gaul banget deh. Teman-temanmu belum punya pacar, eh kamu udah punya duluan.
Sayangnya urusan hati ini memakan banyak waktu dan tenagamu. Kamu melewatkan kesempatan untuk jadi panitia pensi karena gak bisa ikut rapat sepulang sekolah, pacarmu sudah menunggu untuk jalan bareng ke mall. Kamu nggak punya banyak teman lawan jenis karena pacarmu melarang.
Padahal sekarang teman-teman SMP dan SMA mu jadi orang hebat di bidangnya masing-masing.
Sekarang kamu sudah putus dari pacarmu yang kamu perjuangkan mati-matian semasa sekolah. Kalau saja waktu bisa diulang, kamu akan menyingkirkan dulu masalah cinta-cintaan di usia remaja. Lebih baik kamu fokus pada pengembangan diri. Toh kalau kamu berkualitas pasti banyak yang cari kok.
10. Masuk Jurusan yang Tidak Sesuai Panggilan Hati
Masuk jurusan yang tidak sesuai kata hatimu via www.huffingtonpost.com
Kamu ingin sekali masuk Jurusan Bahasa dan jadi penyair, tapi orang tua dan keluargamu bilang anak Jurusan Bahasa itu gak ada masa depannya. Kemudian kamu percaya.
Beberapa bulan kemudian kamu ingin masuk Jurusan IPS, karena kamu ingin jadi pengacara. Tapi lagi-lagi orang tua dan gurumu bilang kalau masuk IPA nanti akan lebih mudah diterima di berbagai jurusan. Sekali lagi, kamu percaya.
Menjelang memilih jurusan kuliah, kamu sudah mantap ingin masuk Jurusan Psikologi. Kamu ingin jadi ahli Psikologi Sosial. Tapi orang-orang disekitarmu bilang jadi dokter lebih menjanjikan. Kamu pun menurut dan memilih Jurusan Kedokteran Umum.
Kamu menghabiskan waktu remajamu untuk mendengarkan apa yang orang bilang, tapi berlagak tuli terhadap apa yang sebenarnya hatimu inginkan. Bukannya tidak mensyukuri apa yang kamu miliki saat ini, kamu hanya berharap punya kesempatan untuk mencoba menghidupi diri dari hal yang benar-benar kamu cintai.
11. Tidak Mendengarkan Kata Orang Tua
Nasihat orang tua kerap kamu acuhkan via kanalsatu.com
Orang tua sempat jadi musuh terbesarmu. Apapun yang mereka katakan dan sarankan adalah hal yang haram hukumnya untuk dilakukan. Kamu akan selalu mengambil sikap berseberangan dengan mereka. Terlepas dari benar atau tidaknya apa yang mereka katakan, kamu hanya tidak mau menurutinya.
Kalau kamu tilik lagi ke belakang, sekarang semua terlihat konyol. Bagaimana bisa kamu menolak saat disuruh ikut les Bahasa Belanda, hanya karena kamu tidak mau terlihat menurut? Kenapa coba, kamu gak mendengarkan mereka saat dilarang merokok?
Padahal sekarang kamu suka naik gunung dan nafasmu jadi pendek karena kebiasaan itu.
Kamu akhirnya sadar kalau apa yang orang tua katakan pasti ada benarnya. Betapa kamu sempat jadi pribadi yang keras kepala dan egois dengan tidak mengindahkan perkataan mereka. Kamu juga jadi sadar kalau orang tuamu selama ini sabar sekali menghadapi anaknya yang kepala batu.
-- Lanjut di Part 2 --
Usia remaja sepanjang SMP dan SMA jadi momentum pembentukan jati diri. Kamu yang sekarang adalah hasil dari apa yang kamu lakukan saat remaja.Ada nggak sih hal yang kamu harap pernah kamu lakukan atau tidak kamu lakukan semasa ini? Apakah hal-hal dibawah ini salah satunya?
1. Tujuan Utamamu Saat Itu Ingin Jadi Anak Populer
Tujuan utamamu cuma ingin jadi anak populer via mobil.otomotifnet.com
Masuk geng gaul, jadi anak yang dikenal, diidolakan banyak cewek dan cowok di sekolah jadi harapan kebanyakan remaja. Populer dan gaul adalah pencapaian tertinggi bagi mayoritas anak SMP dan SMA. Ini hal yang wajar banget dialami oleh remaja, karena secara natural remaja memang gemar jadi pusat perhatian.
Kamu berharap jadi orang yang dibicarakan oleh anak-anak lain, diidolakan bahkan ditiru gaya berpakaiannya. Populer jadi satu-satunya tujuanmu semasa sekolah. Seakan masa depanmu ditentukan oleh kepopuleran diantara teman-teman.
Padahal kalau kamu lihat lagi sekarang, jadi populer semasa sekolah gak ada artinya dibanding punya prestasi dan pencapaian. Seandainya aja dulu kamu gak terobsesi jadi populer…
2. Cuma Mau Berteman Sama Mereka yang Juga Kamu Anggap “Populer”
Kalau dirasa kurang gaul kamu enggan berteman dengan mereka via fabaa.deviantart.com
Lingkaran pertemanan itu ibarat rantai makanan di sekolah. Dengan siapa kamu bertemansecara otomatis akan menentukan strata sosialmu. Kalau kamu bisa temenan sama dia yanggaulotomatis kamu akan dianggap gaul. Begitu pula kalau kamu bergaul dengan anak-anak kutu buku. Walau kamu asyik, kamu akan tetap dianggapnerdyang gak gaul.
Ketakutan masuk ke lingkaran yangsalahmembuat kamu jadi orang yang pilih-pilih teman. Kamu nggak mau berteman dengan seseorang hanya karena anggapan lingkungan yang disematkan padanya. Padahal belum tentu stigma dan predikat itu benar, loh.
Seiring waktu, kamu akan sadar bahwa pertemanan itu perkara kecocokan dan usaha untuk terus memberi perhatian ditengah kesibukan.
Teman-temanmu yang gaul juga sekarang tampak biasa aja. Beberapa dari kalian bahkan sudah tidak berteman. Betapa dulu kamu menutup kesempatan untuk mendapatkan teman yang sebenarnyahanya demi predikat “gaul”.
3. Jadi Orang yang Mem-Bully Anak-Anak yang Dianggap GakGaul
Kamu jadi salah satu anak yang mem-bully temanmu sendiri via terampilmatematika.blogspot.com
Kamu jadi salah satu orang yang mengejek mereka yang dianggap gakgauldi sekolah. Tidak hanya membicarakannya dibelakang, kamu juga jadi orang yang secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukamu pada mereka. Padahal kalau dipikir lagi mereka ada salah apaan sih ke kamu?
Kamu ambil bagian dalam proses pengikisanpenghargaan diriseorang individu. Hanya karena dia tidak bergabung di ekstrakulikuler favorit bukan berarti dia gak asyik. Hanya karena dia tidak mengenakan pakaian sesuai mode bukan berarti dia pantas diejek.
Lagipula udah sebaik apa sih dirimu sampai kamu bisa punya otoritas untuk mengejek mereka?
Ketika anak-anak yang dulu dianggap sebelah mata itu jadi orang yang lebih sukses dari kamu dan teman-teman gaulmu, baru deh kalian akan diam. Kalau kamu masih sekolah dan punya kebiasaan ini mendingan hentikan deh sebelum menghabiskan waktu untuk hal yang jahat dan sia-sia.
4. Kamu Jadi KorbanBully TapiTidak Berani Melawan
Kamu tidak berani melawan aksi bully yang nggak penting via deedhoworld.blogspot.com
Semasa remaja kamu tunduk pada konsepsi ideal soal manusia macam apa yang akan diterima oleh masyarakat. Kamu, dengankebiasaan dan kegemaran unik, sayangnya tidak masuk di dalamnya. Alhasil sepanjang masa remaja kamu dihadapkan pada nyinyiran dan ejekan, hanya karena kamu berbeda.
Dimasa itu kamu hanya diam dan menerima semua yang mereka katakan. Padahal dalam hati kamu kesal dan ingin meledak. Apa hubungannya sih suka melukis terus dicap jadi anak aneh?
Setelah dewasa kamu merasa harusnya dulu kamu lebih bisa membela diri dan menunjukkan bahwa siapapun dan apapun kamutidak sepantasnya membuat orang lain bisa merendahkanmu.
5. Lebih Banyak Main-Main Dibanding Serius Belajar
Kenapa dulu kamu nggak serius belajar ya? via 101301025s.blogspot.com
Coba deh tengok lagi nilai-nilaimu semasa sekolah. Itu apa kabarnya bisa dapat nilai Matematika 3? Gimana bisa kamu jadi langganan remidi setiap ujian Kimia? Sampai sekarang kamu masih suka salah pakaigrammarBahasa Inggris? Dulu di sekolah ngapain aja bro?
Semasa remaja sekolah bukan jadi tempatmu menuntut ilmu, tapi justru jadi tempat untuk senang-senang dan ketemu teman. Bukannya mendengarkan guru, kamu malah asyik bercanda di kelas, bolos dan ngerokok di kantin lalu mengabaikan apa yang mereka sampaikan.
Padahal bisa saja nasibmu berubah seandainya dulu kamu lebih rajin belajar. Biasanya penyesalan karena kurang serius di bidang akademis muncul saat kamu gagal di penerimaan universitas yang sudah kamu incar sejak lama. Atau saat teman-temanmu tahu hal yang sudah diajarkan semasa SMA, tapi kamu gak ingat apa-apa.
6. Gagal Masuk Jurusan Impian Karena Belajar Pakai Sistem Kebut Semalam
Gagal masuk jurusan impian karena pakai sistem SKS via www.umm.ac.id
Hatimu patah saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru keluar. Impianmu untuk bisa kuliah di jurusan dan universitas idaman pupus. Kamu tidak diterima di program studi yang paling kamu idamkan selama ini.
Tidak hanya sedih dan kecewa, tapi kamu juga terus menyalahkan diri sendiri. Sebenarnya kamu yakin kalau kamu mampu, kamu hanya kurang bisa memanfaatkan waktumu dengan baik. Dari 3 tahun sekolah kamu hanya belajar sungguh-sungguh di satu tahun terakhir. Sisanya? Buat main-main, bolos dan pacaran.
Jika saja 3 tahun sekolahmu dimanfaatkan dengan baik, jurusan idaman itu pasti bisa tergenggam tangan. Yeah, seandainya.
7. Tidak Memanfaatkan Waktu Untuk Menambah Kemampuan
Waktu luangmu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih bermakna via mainbasket.wordpress.com
Kalau kamu tengok lagi sekarang, waktu remajamu seakan menguap begitu saja. Entah untuk apa. 6 tahun masa sekolah tidak menghasilkan apapun untukmu. Kamu nggak jadi jago olahraga, tidak menambah keterampilanmu berbahasa, kamu juga bukan anak yang pintar secara akademis.
Terus, 6 tahun itu kamu manfaatkan buat apa?
Kebanyakan dari kita memang menyia-nyiakan masa remaja dengan kegiatan dan kecemasan yang nggak penting. Waktu nongkrong-nongkrong gak jelas sepulang sekolah itu seharusnya bisa dipakai untuk ikut les bahasa asing.
Energi untuk galaukarena mikirin cewek yang kamu taksir habis-habisan selama 3 tahun itu harusnya bisa dimanfaatkan untuk jadi panitia pensi. Masa sekolah adalah waktu dimana kamu paling bebas bereksplorasi. Tapi apa yang kamu dapatkan dari masa remajamu hari ini?
8. Terbiasa Menyontek
Kebiasaan menyontek membuatmu jadi pribadi yang menggampangkan segala sesuatu via ireneastridl.wordpress.com
Meniru jawaban teman, menyembunyikan buku di laci, SMS-an pakai kode sampai mengirimkan sandi jawaban lewat gerakan tangan jadi hal yang akrab banget sepanjang masa remajamu. Menyontek adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalananmu semasa sekolah. Kalau gak nyontek, gak afdol deh pokoknya.
Tanpa kamu sadari kebiasaan satu ini membuatmu jadi orang yang menggampangkan segala sesuatu. Kamu jadi lupa bahwa hasil yang baik selalu didapat dari kerja keras, bukan lewat jalan pintas yang mudah.
Saat kamu mulai kuliah dan tugas-tugasnya menuntutmu menggunakan kemampuan analisis baru deh kamu sadar bahwa kebiasaan menyontek hanya menumpulkan otakmu.
9.Menghabiskan Waktu Untuk Mengurusi Cinta-Cintaan yang Nggak Penting
Saat temanmu sibuk belajar kamu malah asyik pacaran via natalyaindah.blogspot.com
Naksir sama lawan jenis, pengen nyoba pacaran, jalan berduaan malu-malu jadi hal yang dialami oleh setiap remaja. Dan bagi kamu yang pernah merasakan cinta semasa SMP dan SMA pasti merasa jadi orang yang gaul banget deh. Teman-temanmu belum punya pacar, eh kamu udah punya duluan.
Sayangnya urusan hati ini memakan banyak waktu dan tenagamu. Kamu melewatkan kesempatan untuk jadi panitia pensi karena gak bisa ikut rapat sepulang sekolah, pacarmu sudah menunggu untuk jalan bareng ke mall. Kamu nggak punya banyak teman lawan jenis karena pacarmu melarang.
Padahal sekarang teman-teman SMP dan SMA mu jadi orang hebat di bidangnya masing-masing.
Sekarang kamu sudah putus dari pacarmu yang kamu perjuangkan mati-matian semasa sekolah. Kalau saja waktu bisa diulang, kamu akan menyingkirkan dulu masalah cinta-cintaan di usia remaja. Lebih baik kamu fokus pada pengembangan diri. Toh kalau kamu berkualitas pasti banyak yang cari kok.
10. Masuk Jurusan yang Tidak Sesuai Panggilan Hati
Masuk jurusan yang tidak sesuai kata hatimu via www.huffingtonpost.com
Kamu ingin sekali masuk Jurusan Bahasa dan jadi penyair, tapi orang tua dan keluargamu bilang anak Jurusan Bahasa itu gak ada masa depannya. Kemudian kamu percaya.
Beberapa bulan kemudian kamu ingin masuk Jurusan IPS, karena kamu ingin jadi pengacara. Tapi lagi-lagi orang tua dan gurumu bilang kalau masuk IPA nanti akan lebih mudah diterima di berbagai jurusan. Sekali lagi, kamu percaya.
Menjelang memilih jurusan kuliah, kamu sudah mantap ingin masuk Jurusan Psikologi. Kamu ingin jadi ahli Psikologi Sosial. Tapi orang-orang disekitarmu bilang jadi dokter lebih menjanjikan. Kamu pun menurut dan memilih Jurusan Kedokteran Umum.
Kamu menghabiskan waktu remajamu untuk mendengarkan apa yang orang bilang, tapi berlagak tuli terhadap apa yang sebenarnya hatimu inginkan. Bukannya tidak mensyukuri apa yang kamu miliki saat ini, kamu hanya berharap punya kesempatan untuk mencoba menghidupi diri dari hal yang benar-benar kamu cintai.
11. Tidak Mendengarkan Kata Orang Tua
Nasihat orang tua kerap kamu acuhkan via kanalsatu.com
Orang tua sempat jadi musuh terbesarmu. Apapun yang mereka katakan dan sarankan adalah hal yang haram hukumnya untuk dilakukan. Kamu akan selalu mengambil sikap berseberangan dengan mereka. Terlepas dari benar atau tidaknya apa yang mereka katakan, kamu hanya tidak mau menurutinya.
Kalau kamu tilik lagi ke belakang, sekarang semua terlihat konyol. Bagaimana bisa kamu menolak saat disuruh ikut les Bahasa Belanda, hanya karena kamu tidak mau terlihat menurut? Kenapa coba, kamu gak mendengarkan mereka saat dilarang merokok?
Padahal sekarang kamu suka naik gunung dan nafasmu jadi pendek karena kebiasaan itu.
Kamu akhirnya sadar kalau apa yang orang tua katakan pasti ada benarnya. Betapa kamu sempat jadi pribadi yang keras kepala dan egois dengan tidak mengindahkan perkataan mereka. Kamu juga jadi sadar kalau orang tuamu selama ini sabar sekali menghadapi anaknya yang kepala batu.
-- Lanjut di Part 2 --
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Bingung /
Pengalaman /
Penyesalan /
SMA /
SMP
dengan judul Penyesalan Ketika Pacaran semasa SMA. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://ceritamutiaracinta.blogspot.com/2015/11/penyesalan-ketika-pacaran-semasa-sma.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Juragan Empang - Friday, November 13, 2015
Belum ada komentar untuk "Penyesalan Ketika Pacaran semasa SMA"
Post a Comment